.

Cari Blog Ini

Jumat, 17 Juli 2009

TEORITIS DAN HASIL KAJIAN

1 Latar Belakang dari Mazhab Rekonstruksionisme

Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Aliran Pendidikan rekonstruksionisme Merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.

Dan karena adanya perkembangan pemikiran-pemikiran manusia dari waktu ke waktu. Sehingga menimbulkan pemikiran baru pengembangan dari aliran Progresivisme. Yang tentunya mempunyai persamaan-persamaan juga menimbulkan perbedaan-perbedaan yang merupakan hasil pemikiran yang telah disempurnakan.

2 Perbandingan Rekonstruksionisme dan Progresivisme

Rekontruksionisme memang kelanjutan dari aliran Progresivisme, dan memiliki berbagai persamaan. Keduanya melekatkan kepentingan pokoknya pada pengalaman yang dimiliki para siswa. Misalnya karya Pratt (1948) mengilustrasikan kesatuan Rekonstruksionisme dan Progresivisme. Pada bukunya, I Learn From Children, ia menyatakan bahwa Sekolah Kota dan Kampung yang ia dirikan di Kota New York pada tahun 1914 “berusaha mencocokan sekolah dengan anak, bukan sebaliknya menyesuaikan anak dengan sekolah”. Kelas pun harus bercirikan dengan interaksi ekstensif antara guru dan siswa dan antara para siswa itu sendiri. Kedua mazhab tersebut menempatkan suatu tingkatan yang tinggi yang membawa masyarakat ke dalam kelas.

Dan berikut ini merupakan fokus dari masing-masing aliran :

2.1 Progresivisme :

(a) Pemecah persoalan (problem-solver) yang baik.

(b) Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut.

(c) Lebih tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup.

(d) Pendidikan dipandang sebagai suatu proses.

(e) Mencoba menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan yang memadai.

(f) Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi humanisasi.

(g) Bercorak student-centered.

(h) Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan.

(i) Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.

2.2 Rekonstruksionisme :

(a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan.

(b) Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) para Progresivist

(c) Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu diciptakan.

(d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan.

(e) Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya.

(f) Learn by doing! (Belajar sambil bertindak).

3 Pengertian Mazhab Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.Seperti yang telah dinyatakan oleh Caroline Pratt (1948), seorang rekonstruksionis sosial yang berpengaruh pada periode itu : “nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Dimana sekolah/lembaga pendidikan tersebut tidak hanya harus menstransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusahan merekonstruksii-nya seoptimal mungkin. Sehingga, menimbulkan suatu perubahan cara berfikir yang lebih efektif dan cara kerja yang konstruktif yang secara signifikan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dari sebelumnya atau mungkin juga lebih baik dari sekarang. I always remember “Today have to be more either from yesterday. Tomorrow have to be more either from today”.

4 Teori Pendidikan

Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld (Kneller, 1971) terdiri atas 6 tesis, yaitu :

a. Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang akan mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern. Masyrakat harus diubah bukan melalui tindakan politik, melainkan dengan cara yang sangat mendasar, yaitu melalui pendidikan bagi para warganya, menuju suatu pandangan baru tentang hidup dan kehidupan mereka bersama.

b. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokasi sejati, di mana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri. Struktur, tujuan dan keijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tata aturan baru harus diakui merupakan bagian dari pendapat masyarakat.

c. Anak, sekolah, pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial. Melalui pendidikan, individu tidak hanya mengembangkan aspek-aspek sifat sosialnya melainkan juga belajar bagaimana keterlibatannya dalam perencanaan sosial.

d. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis.

e. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial.

f. Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.

Power (1982) menggunakan istilah neoprogresivisme untuk aliran rekonstruksionisme, dan mengemukakan implikasi pendidikan sebagai berikut :

1. Tema

Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.

2. Tujuan pendidikan

Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya majemuk tersebut.

3. Kurikulum

Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditemukan atau disukai. Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.

4. Kedudukan siswa

Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tangung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.

5. Metode

Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing).

6. Peranan guru

Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam membei pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus meawakili budaya masyarakat.

5 Hasil Kajian Observasi

Menurut hasil observasi yang saya lakukan di SD Karawang Kulon IX kelas V. Bahwa ternyata penerapan mazhab filsafat pendidikan yang digunakan adalah melalui pendekatan rekonstruksivisme. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri dengan cara mengadakan eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sebagai contoh, adanya hutan pinus dan hutan belantara yang ada disekitar siswa, dapat dijadikan sebagai sarana bagi anak untuk mengadakan eksplorasi sendiri. Dengan demikian siswa dapat memperoleh pengalaman mental dan pengalaman fisik yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep tersebut dalam struktur kognitif mereka.

Kurikulum yang ada di sekolah itu tidak hanya diterapkan begitu saja, tetapi juga dikembangkan kembali agar siswa dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang akan terjadi dikemudian hari.

Pada saat awal pelajaran guru mengkondisikan kelas terlebih dahulu, kemudian memberikan apersepsi dengan cara mengemukakan hal-hal yang ada di sekitar anak yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Kemudian juga memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan apa yang sudah mereka ketahui tentang materi tersebut.

Pada kegiatan intinya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan eksplorasi dengan melihat keadaan langsung yang ada disekitarnya untuk menguji pengetahuan awal mereka tentang materi tersebut. Dan pada kegiatan akhir, guru memberikan tindak lanjut dalam bentuk penugasan kepada anak untuk mencari aplikasi dari konsep atau materi yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan yang terakhir, guru itu memberikan evaluasi.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management